Agama dan Masyarakat
Fungsi Agama. — Di Indonesia, istilah agama digunakan untuk menyebut enam agama yang diakui resmi oleh negara, seperti Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Budhisme, dan Khonghuchu. Sedangkan semua sistem keyakinan yang tidak atau belum diakui secara resmi disebut “religi”.
Agama merupakan tongkat untuk penunjuk jalan bagi orang-orang yang buta akan nilai-nilai moral dan norma-norma agama yang berlaju dimasyarakat. Dengan memiliki agama seseorang akan selalu berada pada jalan kebaikan dan kebenaran yang dapat menguntungkan diri sendiri ataupun orang lain di dalam hidup bermasyarakatnya.
Agama adalah segalanya bagi kehidupan manusia, karena agama adalah tiang dari segala tiang didunia, yang jika tiang itu runtuh maka manusia berada pada kerugian.
Berikut adalah beberapa fungsi agama dalam kehidupan :
1. Sebagai sarana pendidikan
Agama dapat berfungsi sebagai sarana terbaik untuk mengajarkan hal hal yang baik yang dapat menguntungkan banyaak pihak sesuai dengan perintah atau larangan yang harus dijalankan dan dipatuhi , agar seseorang bisa menjadi pribadi yang lebih baik daan selalu berada padaa jalan kebenaran dan kebaikan menurut ajaran dan kepercayaan masing masing
2. Sebagai sarana untuk keselamatan
Agama berfungsi sebagai jalan teebaik bagi penganutnya berhubungan dengan tuhannya agar dapat memohon dan mengharapkan keselamatan dari kejahatan yang terlihat maupun yang tiudak nyata serta keselamatan dari ancaman api neraka akibat dosa dosa dimasa lalu. Seseorang yang memiliki agama maka dirinya memiliki tuhan untuk tempat berdoa, mengeluarkan uneg uneg dan memohon keselatan dunia akhirat. dengan begitu hati bisa terasa lebih tenang dan mendekatkan diri kepada sang pencipta merupakan cara agar hati tenang.
3. Sebagai jembatan perdamaian dunia
Karena ajaran agama yang selalu mengutamakan untuk selalu hidup berprilaku baik , saling menghormati dan menyayangi dengan orang yang beragama berbeda dapat mewujudkan persatuan dan kesatuan dan sebagai alat untuk menuju perdamaian dunia. didunia memiliki tarusan negara dengan ideologi dan agama yang berbeda beda, tetapi semua negara dilandasi rasa saling menghormati hak asasi manusia , saling menghargai, mengutamakan persamaan derajat tapi tidak saling merugikan satu sama lainnya, menjauhi penghinaan atau penghujatan terhadap orang lain dan tidak saling merasa benar , maka perdamian dunia akan selalu tercipta hingga akhir jaman.
4. Sebagai alat untuk sosial
Dengan beragama manusia akan lebih peka, lebih cerdas dan lebih tanggap dalam menyikapi dan menghadapi masalah masalah sosial dimasyarakat, misalnya adanya kemiskinan, keadilaan, kesejahteraan rakyat, tentang hak asasi manusia ataau tentang aktifitas yang berjalan pada jalan kemaksiatan agar segera ditertibkan dan dimusnakan agar prilaku tersebut tidak menodai wilayah sekitarnya dan tidak lagi menjerat prilaku generasi berikutnya kearah yang penuh dosa.
Kepekaan tersebut dapat merangsang dan menyemangati orang orang agar tidak hanya berdiam diri saja menyaksikan hal hal yang tidak baik antara lain tentang ketidakadilan ditengah masyarakat, tentang prilaku menyimpang atau tentang kezoliman yang berkembang pada sistem kehidupan dimasyarakat. masyarakat yang memiliki agama (walaupun berbeda beda) maka akan memiliki jiwa yang lebih peka dan cerdas untuk menolak semua peristiwa yang berbau ketidakadilan tersebut.
5. Sebagai jenjang hidup yang baru
Ajaran agama selalu mengajarkan haal hal yang baik dan melaarang manusia untuk berbuat sesuatu yang merugikan orang lain apapun bentuknya. ajaran agama mampu memperbaiki kualitas kehidupan seseorang dalam bergaul dan berinteraksi ditengah masyarakat. bahkan mampu mengubah pribadi seseorang atau kelompok menjadi memiliki jenjang kehidupan yaang baru yaitu kehidupan yang lebih baik dan mencapai spiritualnya masing masing.
6. Sebagai tempat untuk berinteaksi
Pada dasarnya ajaran kebaikan dan kebenaran ada pada semua agama apapun didunia. agama mengajarkan manusia untuk saling bersosialisasi atau berinteraksi dengan orang lain (agama Lain). Semua ajaran agama memiliki aturan yang membolehkan segala bentuk usaha yang mempunyai sifat duniawi dan sekaligus agamawi selama usaha yang dilakukan tidak bertentangan dengan ajaran agama dan sesuai dengan norma norma yang ada dalam masyarakat .
7. Sebagai semangat kreatifitas
Ajaran agama untuk memberi semangat kemandirian dan kreatifitas seseorang agar lebih baik dan terarah tanpa disusupi oleh kecurangan atau kejahatan kejahatan yang merugikan orang lain. semangat kreatifitas dapat mengajak seluruh manusia didunia untuk saling bekerja sama dalam berkarya, bekerja daan memanfaatkan keterampilan , minat dan bakat untuk kemajuan bangsa dan negara.
8. Sebagai identitas diri
Agama apapun didunia adalah sebagai identitas seseorang sebagai umat yang beragama dan tidak atheisme (Tidak beragama). identitas tersebut bisa terdapaa pada kartu tanda penduduk, paspor dan surat surat penting lain. hal itu menunjukkan bahwa kita harus menghormati agama orang lain yang sebenarnya telah diakui sebagai agama yang sah didunia.
Setiap agama, pasti mempunyai empat dimensi, yaitu dimensi spiritual, dimensi ritual, dimensi sosial dan dimensi kemanusiaan atau humanitas.
Dimensi Spiritual
Dimensi spiritual atau Spiritualitas adalah hubungan antara individu dengan Tuhan yang diyakininya. Spiritualitas itu juga sangat privasi, tidak boleh disentuh oleh pihak lain, kecuali dengan kesadaran atau tidak boleh disentuh dengan paksaan atau ajakan-ajakan yang bersifat menipu. Spiritualitas merupakan hak hubungan individu dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Dimensi Ritual
Dimensi ritual biasanya mempunyai dua aspek. yaitu, aspek hubungan antara individu dengan Yang Maha Kuasa, hubungan yang bertujuan untuk membangun kepribadian yang kondusif dengan prilaku budi luhur. Jadi ada aspek duniawinya dan ada aspek ukhrawinya.
Dimensi Sosial
Sedangkan pada dimensi sosial, seluruh agama mempunyai hal yang sama, tapi mempunyai strategi dan formasi yang berbeda di dalam mendukung soal itu. Seluruh agama akan mengharapkan masyarakat yang tentram, aman, makmur dan adil. Hanya bagaimana startegi menuju kemakmuran ini berbeda, dan formasinya pun berbeda. Mungkin Islam dengan zakat, sedekah dan lainnya, sementara agama lain dengan bentuk-bentuk yang lain, tapi dalam esensi yang sama.
Dimensi Kemanusiaan
Maksud dari dimensi kemanusiaan adalah maka antara spiritual dan ritual harus terbangun sebuah sosial yang sehat dan sinergis. Khususnya untuk masalah-masalah yang menyangkut kemanusiaan, hampir terdapat di seluruh agama-agama, misalnya mengenai masalah keadilan, kejujuran, belas kasih, amanat dan sebagainya.
Agama merupakan tongkat untuk penunjuk jalan bagi orang-orang yang buta akan nilai-nilai moral dan norma-norma agama yang berlaju dimasyarakat. Dengan memiliki agama seseorang akan selalu berada pada jalan kebaikan dan kebenaran yang dapat menguntungkan diri sendiri ataupun orang lain di dalam hidup bermasyarakatnya.
Agama adalah segalanya bagi kehidupan manusia, karena agama adalah tiang dari segala tiang didunia, yang jika tiang itu runtuh maka manusia berada pada kerugian.
Berikut adalah beberapa fungsi agama dalam kehidupan :
1. Sebagai sarana pendidikan
Agama dapat berfungsi sebagai sarana terbaik untuk mengajarkan hal hal yang baik yang dapat menguntungkan banyaak pihak sesuai dengan perintah atau larangan yang harus dijalankan dan dipatuhi , agar seseorang bisa menjadi pribadi yang lebih baik daan selalu berada padaa jalan kebenaran dan kebaikan menurut ajaran dan kepercayaan masing masing
2. Sebagai sarana untuk keselamatan
Agama berfungsi sebagai jalan teebaik bagi penganutnya berhubungan dengan tuhannya agar dapat memohon dan mengharapkan keselamatan dari kejahatan yang terlihat maupun yang tiudak nyata serta keselamatan dari ancaman api neraka akibat dosa dosa dimasa lalu. Seseorang yang memiliki agama maka dirinya memiliki tuhan untuk tempat berdoa, mengeluarkan uneg uneg dan memohon keselatan dunia akhirat. dengan begitu hati bisa terasa lebih tenang dan mendekatkan diri kepada sang pencipta merupakan cara agar hati tenang.
3. Sebagai jembatan perdamaian dunia
Karena ajaran agama yang selalu mengutamakan untuk selalu hidup berprilaku baik , saling menghormati dan menyayangi dengan orang yang beragama berbeda dapat mewujudkan persatuan dan kesatuan dan sebagai alat untuk menuju perdamaian dunia. didunia memiliki tarusan negara dengan ideologi dan agama yang berbeda beda, tetapi semua negara dilandasi rasa saling menghormati hak asasi manusia , saling menghargai, mengutamakan persamaan derajat tapi tidak saling merugikan satu sama lainnya, menjauhi penghinaan atau penghujatan terhadap orang lain dan tidak saling merasa benar , maka perdamian dunia akan selalu tercipta hingga akhir jaman.
4. Sebagai alat untuk sosial
Dengan beragama manusia akan lebih peka, lebih cerdas dan lebih tanggap dalam menyikapi dan menghadapi masalah masalah sosial dimasyarakat, misalnya adanya kemiskinan, keadilaan, kesejahteraan rakyat, tentang hak asasi manusia ataau tentang aktifitas yang berjalan pada jalan kemaksiatan agar segera ditertibkan dan dimusnakan agar prilaku tersebut tidak menodai wilayah sekitarnya dan tidak lagi menjerat prilaku generasi berikutnya kearah yang penuh dosa.
Kepekaan tersebut dapat merangsang dan menyemangati orang orang agar tidak hanya berdiam diri saja menyaksikan hal hal yang tidak baik antara lain tentang ketidakadilan ditengah masyarakat, tentang prilaku menyimpang atau tentang kezoliman yang berkembang pada sistem kehidupan dimasyarakat. masyarakat yang memiliki agama (walaupun berbeda beda) maka akan memiliki jiwa yang lebih peka dan cerdas untuk menolak semua peristiwa yang berbau ketidakadilan tersebut.
5. Sebagai jenjang hidup yang baru
Ajaran agama selalu mengajarkan haal hal yang baik dan melaarang manusia untuk berbuat sesuatu yang merugikan orang lain apapun bentuknya. ajaran agama mampu memperbaiki kualitas kehidupan seseorang dalam bergaul dan berinteraksi ditengah masyarakat. bahkan mampu mengubah pribadi seseorang atau kelompok menjadi memiliki jenjang kehidupan yaang baru yaitu kehidupan yang lebih baik dan mencapai spiritualnya masing masing.
6. Sebagai tempat untuk berinteaksi
Pada dasarnya ajaran kebaikan dan kebenaran ada pada semua agama apapun didunia. agama mengajarkan manusia untuk saling bersosialisasi atau berinteraksi dengan orang lain (agama Lain). Semua ajaran agama memiliki aturan yang membolehkan segala bentuk usaha yang mempunyai sifat duniawi dan sekaligus agamawi selama usaha yang dilakukan tidak bertentangan dengan ajaran agama dan sesuai dengan norma norma yang ada dalam masyarakat .
7. Sebagai semangat kreatifitas
Ajaran agama untuk memberi semangat kemandirian dan kreatifitas seseorang agar lebih baik dan terarah tanpa disusupi oleh kecurangan atau kejahatan kejahatan yang merugikan orang lain. semangat kreatifitas dapat mengajak seluruh manusia didunia untuk saling bekerja sama dalam berkarya, bekerja daan memanfaatkan keterampilan , minat dan bakat untuk kemajuan bangsa dan negara.
8. Sebagai identitas diri
Agama apapun didunia adalah sebagai identitas seseorang sebagai umat yang beragama dan tidak atheisme (Tidak beragama). identitas tersebut bisa terdapaa pada kartu tanda penduduk, paspor dan surat surat penting lain. hal itu menunjukkan bahwa kita harus menghormati agama orang lain yang sebenarnya telah diakui sebagai agama yang sah didunia.
Setiap agama, pasti mempunyai empat dimensi, yaitu dimensi spiritual, dimensi ritual, dimensi sosial dan dimensi kemanusiaan atau humanitas.
Dimensi Spiritual
Dimensi spiritual atau Spiritualitas adalah hubungan antara individu dengan Tuhan yang diyakininya. Spiritualitas itu juga sangat privasi, tidak boleh disentuh oleh pihak lain, kecuali dengan kesadaran atau tidak boleh disentuh dengan paksaan atau ajakan-ajakan yang bersifat menipu. Spiritualitas merupakan hak hubungan individu dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Dimensi Ritual
Dimensi ritual biasanya mempunyai dua aspek. yaitu, aspek hubungan antara individu dengan Yang Maha Kuasa, hubungan yang bertujuan untuk membangun kepribadian yang kondusif dengan prilaku budi luhur. Jadi ada aspek duniawinya dan ada aspek ukhrawinya.
Dimensi Sosial
Sedangkan pada dimensi sosial, seluruh agama mempunyai hal yang sama, tapi mempunyai strategi dan formasi yang berbeda di dalam mendukung soal itu. Seluruh agama akan mengharapkan masyarakat yang tentram, aman, makmur dan adil. Hanya bagaimana startegi menuju kemakmuran ini berbeda, dan formasinya pun berbeda. Mungkin Islam dengan zakat, sedekah dan lainnya, sementara agama lain dengan bentuk-bentuk yang lain, tapi dalam esensi yang sama.
Dimensi Kemanusiaan
Maksud dari dimensi kemanusiaan adalah maka antara spiritual dan ritual harus terbangun sebuah sosial yang sehat dan sinergis. Khususnya untuk masalah-masalah yang menyangkut kemanusiaan, hampir terdapat di seluruh agama-agama, misalnya mengenai masalah keadilan, kejujuran, belas kasih, amanat dan sebagainya.
Roland Robertson (1984).
1. Dimensi keyakinan, mengandung perkiraan atau harapan bahwa orang yang religius akan menganut pandangan teologis tertentu, bahwa ia akan mengikuti kebenaran ajaran-ajaran tertentu.
Praktek agama mencakup perbuatan-perbuatan memuja dan berbakti, yaitu perbuatan untuk melaksanakan komitmen agama secara nyata. Ini menyangkut hal yang berkaitan dengan seperangkat upacara keagamaan, perbuatan religius formal, perbuatan mulia, berbakti tidak bersifat formal, tidak bersifat publik dan relatif spontan.
2. Dimensi pengalaman, memperhitungkan fakta, bahwa semua agama mempunyai perkiraan tertentu, yaitu orang yang benar-benar religius pada suatu waktu akan mencapai pengetahuan yang langsung dan subjektif tentang realitas tertinggi, mampu berhubungan dengan suatu perantara yang supernatural meskipun dalam waktu yang singkat.
3. Dimensi pengetahuan, dikaitkan dengan perkiraan bahwa orang-orang yang bersikap religius akan memiliki informasi tentang ajaran-ajaran pokok keyakinan dan upacara keagamaan, kitab suci, dan tradisi-tradisi keagamaan mereka.
4. Dimensi konsekuensi, dari komitmen religius berbeda dengan tingkah laku perseorangan dan pembentukan citra pribadinya.
Pelembagaan Agama. — Kaitan agama dengan masyarakat dapat mencerminkan tiga tipe, meskipun tidak menggambarkan sebenarnya secara utuh (Elizabeth K. Nottingham, 1954), yaitu:
1. Masyarakat yang terbelakang dan nilai- nilai sakral.
Masyarakat tipe ini kecil, terisolasi, dan terbelakang. Anggota masyarakat menganut agama yang sama. Oleh karenanya keanggotaan mereka dalam masyarakat, dalam kelompok keagamaan adalah sama.
2. Masyarakat-masyarakat pra- industri yang sedang berkembang.
Keadaan masyarakat tidak terisolasi, ada perkembangan teknologi yang lebih tinggi daripada tipe pertama. Agama memberikan arti dan ikatan kepada sistem nilai dalam tipe masyarakat ini. Dan fase kehidupan sosial diisi dengan upacara- upacara tertentu.
3. Masyarakat-masyarakat industri sekular
Masyarakat industri bercirikan dinamika dan teknologi semakin berpengaruh terhadap semua aspek kehidupan, sebagian besar penyesuaian- penyesuaian terhadap alam fisik, tetapi yang penting adalah penyesuaian- penyesuaian dalam hubungan kemanusiaan sendiri. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mempunyai konsekuensi penting bagi agama, Salah satu akibatnya adalah anggota masyarakat semakin terbiasa menggunakan metode empiris berdasarkan penalaran dan efisiensi dalam menanggapi masalah kemanusiaan, sehingga lingkungan yang bersifat sekular semakin meluas. Watak masyarakat sekular menurut Roland Robertson (1984), tidak terlalu memberikan tanggapan langsung terhadap agama. Misalnya pemikiran agama, praktek agama, dan kebiasaan- kebiasaan agama peranannya sedikit.
Sebagai sebuah lembaga sosial, agama berarti sistem keyakinan dan praktik keagamaan yang penting dari masyarakat, serta telah dibakukan dan dirumuskan, sehingga dianut secara luas, dan dipandang sebagai sesuatu yang diperlukan dan benar.
Asosiasi agama merupakan kelompok orang yang terorganisasi, yang secara bersama-sama menganut keyakinan dan menjalankan praktik suatu agama.
Fungsi-fungsi Lembaga Agama
Adapun menurut Bruce J. Choen, fungsi lembaga keagamaan, yaitu :
1.) Bantuan terhadap pencarian identitas moral.
2.) Memberikan penafsiran-penafsiran untuk membantu memperjelas keadaan lingkungan fisik dan sosial seseorang.
3.) Peningkatan kadar keramahan bergaul, kohesi sosial, dan solidaritas kelompok.
Macam-macam Lembaga Keagamaan
1. Islam : Majelis Ulama Indonesia (MUI).
2. Kristen : Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI).
3. Katolik : Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI).
4. Hindu : Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI).
5. Buddha : Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi).
6. Khonghucu : Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (Matakin).
Agama, Konflik dan Masyarakat. — Konflik antar agama merupakan konflik yang dapat ditimbulkan akibat dari perbedaan keyakinan, yang tidak bisa disiasati dengan sikap saling menghormati dan menghargai perbedaan. Di Indonesia kebebasan dalam menganut keyakinan atau kepercayaan telah diatur dalam UUD 1945 pasal 28E ayat 1 dan pasal 29 ayat 2.
Kebebasan dalam memeluk agama telah diatur secara jelas dan tidak ada satu pihakpun yang dapat ikut campur didalamnya. Undang-Undang juga mengatur kebebasan dalam beribadah dengan aman sesuai dengan keyakinan yang di anut. Sebagai negara multikultural tentu saja di Indonesia tidak hanya terdiri dari 1 agama sama halnya seperti suku dan ras. Pemerintah telah mengakui 6 agama sebagai agama resmi yang bisa dianut oleh para pemeluknya. Keenam agama tersebut antara lain Islam, Kristen, Khatolik, Hindu, Budha dan Konghucu.
Contoh Konflik :
Amuk Massa di Kupang terjadi pada tanggal 30 November 1998. Amuk massa tersebut bermula dari aksi perkabungan dan aksi solidaritas warga Kristen NTT atas peristiwa Ketapang, yaiti bentrok antara warga Muslim dan Kristen dengan disertai perusakan berbagai tempat ibadah. Aksi perkabungan dan solidaritas itu sendiri diprakarsai oleh organisasi-organisasi kemahasiswaan dan kepemudaan Kristen, seperti GMKI, PMKRI, Pemuda Katholik NTT, dan mahasiswa di Kupang.
Amuk Massa di Kupang terjadi pada tanggal 30 November 1998. Amuk massa tersebut bermula dari aksi perkabungan dan aksi solidaritas warga Kristen NTT atas peristiwa Ketapang, yaiti bentrok antara warga Muslim dan Kristen dengan disertai perusakan berbagai tempat ibadah. Aksi perkabungan dan solidaritas itu sendiri diprakarsai oleh organisasi-organisasi kemahasiswaan dan kepemudaan Kristen, seperti GMKI, PMKRI, Pemuda Katholik NTT, dan mahasiswa di Kupang.
Karena isu pembakaran gereja, massa tersebut kemudian bergerak menuju masjid di perkampungan muslim kelurahan Bonipoi dan Solor, setelah sebelumnya melakukan perusakan masjid di Kupang. Amuk massa tanggal 30 November tersebut mengakibatkan setidaknya 11 masjid, 1 mushola, dan beberapa rumah serta pertokoan milik warga muslim rusak.
Amuk massa tersebut tidak hanya berhenti pada tanggal 30 November itu saja. Dua hari setelahnya, yaitu tanggal 1 dan 2 Desember 1998 kerusuhan masih terjadi dan mengakibatkan beberapa kerusakan. Sasaran amuk massa tersebut mencakup rumah milik ketua Partai Persatuan Pembangunan (PPP), masjid dan toko-toko milik orang Bugis.
Kerusuhan Kupang tersebut berakar dari persaingan kelompok masyarakat, yaitu antara penganut Kristen yang umumnya warga asli dan warga muslim, yang sebagia adalah pendatang. Kecepatan pertumbuhan masjid dan perkembangan ekonomi umat Islam yang baik, karena mereka sulit menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS), menimbulkan kecemburuan sosial. Amuk massa tanggal 30 November 1998 adalah momentum di mana kecemburuan tersebut mendapatkan ekspresinya lewat idiom agama.
Penyebab Konflik Agama
Sepanjang sejarah agama dapat memberi sumbangsih positif bagi masyarakat dengan memupuk persaudaraan dan semangat kerjasama antar anggota masyarakat. Namun sisi yang lain, agama juga dapat sebagai pemicu konflik antar masyarakat beragama. Ini adalah sisi negatif dari agama dalam mempengaruhi masyarakat Dan hal ini telah terjadi di beberapa tempat di Indonesia.
Pada bagian ini akan diuraikan sebab terjadinya konflik antar masyarakat beragama khususnya yang terjadi di Indonesia dalam perspektif sosiologi agama.
Hendropuspito mengemukakan bahwa paling tidak ada empat hal pokok sebagai sumber konflik sosial yang bersumber dari agama.
1. Perbedaan Doktrin dan Sikap Mental.
Semua pihak umat beragama yang sedang terlibat dalam bentrokan masing-masing menyadari bahwa justru perbedaan doktrin itulah yang menjadi penyebab dari benturan itu.
Entah sadar atau tidak, setiap pihak mempunyai gambaran tentang ajaran agamanya, membandingkan dengan ajaran agama lawan, memberikan penilaian atas agama sendiri dan agama lawannya. Dalam skala penilaian yang dibuat (subyektif) nilai tertinggi selalu diberikan kepada agamanya sendiri dan agama sendiri selalu dijadikan kelompok patokan, sedangkan lawan dinilai menurut patokan itu.
Agama Islam dan Kristen di Indonesia, merupakan agama samawi (revealed religion), yang meyakini terbentuk dari wahyu Ilahi Karena itu memiliki rasa superior, sebagai agama yang berasal dari Tuhan.
Di beberapa tempat terjadinya kerusuhan kelompok masyarakat Islam dari aliran sunni atau santri. Bagi golongan sunni, memandang Islam dalam keterkaitan dengan keanggotaan dalam umat, dengan demikian Islam adalah juga hukum dan politik di samping agama. Islam sebagai hubungan pribadi lebih dalam artian pemberlakuan hukum dan oleh sebab itu hubungan pribadi itu tidak boleh mengurangi solidaritas umat, sebagai masyarakat terbaik di hadapan Allah. Dan mereka masih berpikir tentang pembentukan negara dan masyarakat Islam di Indonesia. Kelompok ini begitu agresif, kurang toleran dan terkadang fanatik dan malah menganut garis keras.
Karena itu, faktor perbedaan doktrin dan sikap mental dan kelompok masyarakat Islam dan Kristen punya andil sebagai pemicu konflik.
2. Perbedaan Suku dan Ras Pemeluk Agama.
Tidak dapat dipungkiri bahwa perbedaan ras dan agama memperlebar jurang permusuhan antar bangsa. Perbedaan suku dan ras ditambah dengan perbedaan agama menjadi penyebab lebih kuat untuk menimbulkan perpecahan antar kelompok dalam masyarakat.
Contoh di wilayah Indonesia, antara Suku Aceh dan Suku Batak di Sumatera Utara. Suku Aceh yang beragama Islam dan Suku Batak yang beragama Kristen; kedua suku itu hampir selalu hidup dalam ketegangan, bahkan dalam konflik fisik (sering terjadi), yang merugikan ketentraman dan keamanan.
Di beberapa tempat yang terjadi kerusuhan seperti: Situbondo, Tasikmalaya, dan Rengasdengklok, massa yang mengamuk adalah penduduk setempat dari Suku Madura di Jawa Timur, dan Suku Sunda di Jawa Barat. Sedangkan yang menjadi korban keganasan massa adalah kelompok pendatang yang umumnya dari Suku non Jawa dan dari Suku Tionghoa. Jadi, nampaknya perbedaan suku dan ras disertai perbedaan agama ikut memicu terjadinya konflik.
3. Perbedaan Tingkat Kebudayaan.
Agama sebagai bagian dari budaya bangsa manusia. Kenyataan membuktikan perbedaan budaya berbagai bangsa di dunia tidak sama. Secara sederhana dapat dibedakan dua kategori budaya dalam masyarakat, yakni budaya tradisional dan budaya modern.
Tempat-tempat terjadinya konflik antar kelompok masyarakat agama Islam – Kristen beberapa waktu yang lalu, nampak perbedaan antara dua kelompok yang konflik itu. Kelompok masyarakat setempat memiliki budaya yang sederhana atau tradisional: sedangkan kaum pendatang memiliki budaya yang lebih maju atau modern. Karena itu bentuk rumah gereja lebih berwajah budaya Barat yang mewah.
Perbedaan budaya dalam kelompok masyarakat yang berbeda agama di suatu tempat atau daerah ternyata sebagai faktor pendorong yang ikut mempengaruhi terciptanya konflik antar kelompok agama di Indonesia.
4. Masalah Mayoritas dan Minoritas Golongan Agama.
Fenomena konflik sosial mempunyai aneka penyebab. Tetapi dalam masyarakat agama pluralitas penyebab terdekat adalah masalah mayoritas dan minoritas golongan agama.
Di berbagai tempat terjadinya konflik, massa yang mengamuk adalah beragama Islam sebagai kelompok mayoritas; sedangkan kelompok yang ditekan dan mengalami kerugian fisik dan mental adalah orang Kristen yang minoritas di Indonesia. Sehingga nampak kelompok Islam yang mayoritas merasa berkuasa atas daerah yang didiami lebih dari kelompok minoritas yakni orang Kristen. Karena itu, di beberapa tempat orang Kristen sebagai kelompok minoritas sering mengalami kerugian fisik, seperti: pemerusakan dan pembakaran gedung-gedung ibadat.
Terjadinya konflik tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :
1. Karena tidak adanya keampuhan Pancasila dan UUD 45 yang selama ini menjadi pedoman bangsa dan negara kita mulai digoyang dengan adanya amandemen UUD 45 dan upaya merubah ideologi negara kita ke ideologi agama tertentu.
2. Kurangnya rasa menghormati baik antar pemeluk agama satu dengan yang lainnya ataupun sesama pemeluk agama.
Adanya kesalahpahaman yang timbul karena adanya kurang komunikasi antar pemeluk agama.
Studi Kasus : Merawat Toleransi Antar Umat Beragama Melalui Senam Bersama. [ http://news.analisadaily.com/read/merawat-toleransi-antar-umat-beragama-melalui-senam-bersama/668521/2018/12/23 ].
Analisadaily (Medan) - Wali Kota Medan, Dzulmi Eldin, senam bersama dengan ratusan masyarakat lintas agama di halaman Sekolah Tinggi Olahraga dan Kesehatan Bina Guna, Jalan Alumunium Raya.
Selain meningkatkan kesehatan, olahraga bersama dilakukan dalam upaya meningkatkan rasa kebersamaan serta persatuan di antara sesama pemeluk agama, sehingga tidak dapat terpecah belah. Baik melalui adu domba maupun berita-berita hoax.
Selain senam, olahraga bersama juga diisi dengan sejumlah olahraga lainnya seperti catur, tenis meja dan bulutangkis. Olahraga bersama ini diikuti perwakilan dari 6 umat beragama yang ada di Kota Medan, Islam, Kristen Protestan, Kristen Khatolik, Hindu, Budha, dan Konghucu.
Olahraga bersama diawali dengan senam aerobik sekitar pukul 07.00 WIB. Wali Kota dan ratusan masyarakat dengan penuh semangat mengikuti senam dipandu sejumlah instruktur.
Wali Kota sangat mengapresiasi digelarnya olahraga bersama dengan masyarakat lintas agama. Kegiatan ini membuktikan kebersamaan dan keharmonisan antar umat beragama di Kota Medan berjalan dengan baik dan harmonis.
“Tentunya kebersamaan yang dibangun dapat terus dipertahankan, sehingga kita bersama-sama dapat membangun kota yang tercinta ini,” kata Eldin, Minggu (23/12).
Pesan Wali Kota Medan
Selanjutnya Wali Kota juga berpesan agar masyarakat kota Medan jangan mau terhasut propaganda maupun berita-berita hoax yang dapat memecah belah kebersamaan, yang telah terjalin dengan baik selama ini.
“Kita harus mampu menangkis ini semua, jangan mau dipecah belah, sebab kita adalah bangsa yang multikultural. Mari kita terus menjaga toleransi antar umat beragama di Kota Medan,” pesannya.
Ketua Sekolah Tinggi Olahraga dan Kesehatan (STOK) Bina Guna Medan, Liliana Puspa Sari mengatakan, olahraga merupakan salah satu alat pemersatu bangsa. Melalui olahraga masyarakat dapat berkumpul bersama dan menjalin persaudaraan.
“Apalagi peserta olahraga bersama ini dari lintas agama sehingga sangat baik dalam upaya menjaga persatuan dan kesatuan,” tandasnya.
Analisis : Dari berita tersebut, kita dapat melihat bahwa masih banyak masyarakat dan pemerintah yang peduli akan toleransi dalam kehidupan sehari-hari. Seharusnya ini bisa menjadi contoh bagi pemerintah-pemerintah daerah lain agar tidak mudah termakan berita-berita bohong dan mempererat hubungan antar agama.
Daftar Referensi :
Studi Kasus : Merawat Toleransi Antar Umat Beragama Melalui Senam Bersama. [ http://news.analisadaily.com/read/merawat-toleransi-antar-umat-beragama-melalui-senam-bersama/668521/2018/12/23 ].
Analisadaily (Medan) - Wali Kota Medan, Dzulmi Eldin, senam bersama dengan ratusan masyarakat lintas agama di halaman Sekolah Tinggi Olahraga dan Kesehatan Bina Guna, Jalan Alumunium Raya.
Selain meningkatkan kesehatan, olahraga bersama dilakukan dalam upaya meningkatkan rasa kebersamaan serta persatuan di antara sesama pemeluk agama, sehingga tidak dapat terpecah belah. Baik melalui adu domba maupun berita-berita hoax.
Selain senam, olahraga bersama juga diisi dengan sejumlah olahraga lainnya seperti catur, tenis meja dan bulutangkis. Olahraga bersama ini diikuti perwakilan dari 6 umat beragama yang ada di Kota Medan, Islam, Kristen Protestan, Kristen Khatolik, Hindu, Budha, dan Konghucu.
Olahraga bersama diawali dengan senam aerobik sekitar pukul 07.00 WIB. Wali Kota dan ratusan masyarakat dengan penuh semangat mengikuti senam dipandu sejumlah instruktur.
Wali Kota sangat mengapresiasi digelarnya olahraga bersama dengan masyarakat lintas agama. Kegiatan ini membuktikan kebersamaan dan keharmonisan antar umat beragama di Kota Medan berjalan dengan baik dan harmonis.
“Tentunya kebersamaan yang dibangun dapat terus dipertahankan, sehingga kita bersama-sama dapat membangun kota yang tercinta ini,” kata Eldin, Minggu (23/12).
Pesan Wali Kota Medan
Selanjutnya Wali Kota juga berpesan agar masyarakat kota Medan jangan mau terhasut propaganda maupun berita-berita hoax yang dapat memecah belah kebersamaan, yang telah terjalin dengan baik selama ini.
“Kita harus mampu menangkis ini semua, jangan mau dipecah belah, sebab kita adalah bangsa yang multikultural. Mari kita terus menjaga toleransi antar umat beragama di Kota Medan,” pesannya.
Ketua Sekolah Tinggi Olahraga dan Kesehatan (STOK) Bina Guna Medan, Liliana Puspa Sari mengatakan, olahraga merupakan salah satu alat pemersatu bangsa. Melalui olahraga masyarakat dapat berkumpul bersama dan menjalin persaudaraan.
“Apalagi peserta olahraga bersama ini dari lintas agama sehingga sangat baik dalam upaya menjaga persatuan dan kesatuan,” tandasnya.
Analisis : Dari berita tersebut, kita dapat melihat bahwa masih banyak masyarakat dan pemerintah yang peduli akan toleransi dalam kehidupan sehari-hari. Seharusnya ini bisa menjadi contoh bagi pemerintah-pemerintah daerah lain agar tidak mudah termakan berita-berita bohong dan mempererat hubungan antar agama.
Daftar Referensi :
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Agama
https://dalamislam.com/dasar-islam/fungsi-agama
http://iskandar-andar.blogspot.com/2015/12/dimensi-agama-dan-dimensi-komitmen-agama_7.html?m=1
https://srihomisah9.wordpress.com/2015/12/09/fungsi-agama-dimensi-komitmen-agama/
https://condrokacon.wordpress.com/2012/11/27/bab-ix-agama-dan-masyarakat/
https://n-pangestu.blogspot.com/2014/11/makalah-lembaga-sosial-agama.html?m=1
https://mfauzanali.wordpress.com/2015/12/10/contoh-konflik-agama-dalam-masyarakat/https://dalamislam.com/dasar-islam/fungsi-agama
http://iskandar-andar.blogspot.com/2015/12/dimensi-agama-dan-dimensi-komitmen-agama_7.html?m=1
https://srihomisah9.wordpress.com/2015/12/09/fungsi-agama-dimensi-komitmen-agama/
https://condrokacon.wordpress.com/2012/11/27/bab-ix-agama-dan-masyarakat/
https://n-pangestu.blogspot.com/2014/11/makalah-lembaga-sosial-agama.html?m=1



Komentar